Budaya Malu
Dunia Pendidikan
Masalah Etika dan Moral, Masalah Pemikiran dan Mental, Masalah Logis
dan Otak.
Akhirnya semua dikembalikan ke dunia pendidikan, ke orang-orang yang
mendidik.
Mengapa saya beri judul budaya malu dunia pendidikan, Betapa
memalukannya jika kita
mendengar “di
sekolah dididik apa sih?… Kok ngomongnya ndak Sopan?” atau kita mendengar
“sudah disekolahkan.. tapi kok ga punya etika…..!!”
budayakan di dunia pendidikan. Yaitu Budaya Malu. . Budaya Malu,
bukan berarti saya malu
sekolah di sekolah desa, malu sekolah di sekolah yang fasilitasnya
gak OKE, malu sekolah di
sekolah anak-anak Jalanan. BUKAN ITU.
Sebenarnya Segala Permasalahan di negeri ini Bisa terkendali jika
Setiap Insan, setiap Generasi,
Setiap Pribadi memiliki “BUDAYA MALU”
Budaya malu di dunia pendidikan harus
kita terapkan dari sekarang. Budaya malu dalam hal apa
???
Budaya Malu Bagi Para Pendidik
1. Budaya Malu Jika Seorang Pendidik tidak
mempersiapkan diri sebelum mengajar, tidak
belajar sebelum mengajar, dan tidak mau tahu keadaan siswa sebelum
mengajar. Apakah
kita sebagai pendidik tidak merasa malu pada diri sendiri, malu
pada Stempel Profesi
yang tertulis di dada kita, malu pada anak-anak yang meremehkan
kita.
2. Budaya Malu jika mendidik hanya untuk memberi Ilmu, Bukan Etika
dan Sopan Santun.
Untuk apa anak-anak itu pintar jika tidak memiliki etika dan sopan
santun. Apa kita tidak
malu mendengar anak juara umum di sekolah X tawuran, MEngucapkan
kata kotor, tidak
menghormati orang lain. maka kita kan malu mendengar kata-kata “disekolahkan
kok
tidak punya etika..”
3. Budaya Malu menerima gaji Bersih tapi jarang masuk kelas.
Memangnya tidak malu
makan uang hasil jerih payah orang lain, tapi kita hanya duduk
santai tanpa bekerja.
Malah menuntut gaji, kita nomer satu. Berlomba sertifikasi, tapi
kok kesekolahnya
jarang. Mau duitnya saja. wah… Sangat tidak pantas.
4. Budaya Malu tidak menghargai diri sendiri. Bukankah kita malu jika
kita seorang
pendidik,
tapi tidak perduli dengan pendidikan anak dan keluarga sendiri. bagaimana kita
mendidik, jika dari diri kita sendiri tidak terlaksana. Kita
bicara kepada anak-anak jangan
merokok, tetapi dihadapan mereka kita merokok.
Budaya Malu Seorang Siswa / Anak Didik
1. Budaya Malu menyia-nyiakan Hasil kerigat
orang tua. Malu tidak pada orang tuamu yang
bekerja mati-matian demi masa depanmu. Mungkin kamu berkata “akh…
kan duit orang
tuaku banyak..!!!!” . Justru kamu harus malu memakan duit yang
bukan hasil kerja
kerasmu, bukan hasil keringatmu.
2. Budaya Malu tidak punya sopan santun. Seharusnya malu dong sebagai
anak yang
katanya sudah belajar, sudah pintar baca, sudah bisa berpikir
tentang hal-hal baru, tapi
kok kata-katanya tidak sopan, kok kata-katanya suka memaki, kok
kata-katanya kasar
sama orang tua dan teman. Nanti dibilang “Mulutnya ga disekolahin
ya…” waduh..
Jangan Sampe dong, malu.. malu… maluuuuu banget
3. Budaya Malu Meremehkan Orang lain, Nah, kamu memang pintar, kamu
meremehkan
orang lain, kamu meremehkan orang yang hidupnya lebih sederhana
dari kamu. Nanti
suatu saat kalau tiba-tiba kamu mengalami kejatuhan, kamu
tiba-tiba kekurangan, malu
kan sama mereka. takutnya sih dibilang “alah….. Dulu aja Sombong…”
hati-hati, hidup
ini seperti roda yang berputar. terkadang di atas dan terkadang di
bawah.
4. Budaya Malu jadi pembuat Onar. kata-kata pembuat onar ini sangat
tidak pantas kan di
jadikan cap / stempel pada dirimu. Kalau kita bisa saling
menghargai, mengapa tidak !
Kan Damai Itu indah. Tidak pernah dikatakan dan diajarkan
disekolah…”nak… nanti
pulang sekolah buat onar ya, berantem ya, tawuran ya,,!
5. Budaya malu tidak belajar. Malu dong kamu dengan NIlai 100, 90, 80
tapi hasil nyontek,
dan ketidakjujuran. Dengan bangga Kamu bilang “wah… Aku lulus,
nilai 90..” eh
ternyata teman-temanmu berbisik, “gitu aja kok bangga.. kan
kemaren dia nyontek dari si
A…” .. Akhhh Malunya. Kecuali kamu sudah tidak memiliki rasa malu
lagi.
6. Budaya Malu pada diri sendiri. Malu lah pada dirimu sendiri jika
berbuat hal yang tidak
baik, berbuat hal yang tidak bermoral, berbuat hal yang tidak
sopan. Kalau kamu merasa
malu pada diri sendiri, kamu pasti berusaha lebih baik. Tanya pada
dirimu sendiri,
rasakan dalam hati nuranimu. contoh “Kalau aku buang sampah ini
sembarangan , malu
dilihat orang…” atau “kalau nilaiku Jelek… malu sekali aku sama si
DOi, sama ORTU,
dan malau sekali pada diriku..”
Budaya malu Instansi Terkait Pendidikan
1. Budaya Malu Duduk di bangku tertinggi
pemerintahan, yang bertujuan memajukan
pendidikan, tetapi uang rakyat, uang anak didik kok nyangkut
dimana-mana. Seharusnya
hak murid untuk mengecap fasilitas, kok turunnya cuma 40%.
Bukankah memalukan
memakai seragam Pemerintahan tapi kok ndak mendidik. Nanti
dibilang “..orang
pendidikan kok seperti tidak dididik ya..”. Kalau pemerintah di
dunia pendidikan juga
korupsi, ribut, saling mengadu domba, saling menjatuhkan, gimana
anak didiknya ya??? .
2. Budaya Malu cuma berkoak-koak tapi tidak terealisasi. Bukankah
memalukan jika kita
yang duduk dibangku pemerintahan yang berkoak-koak,
berteriak-teriak pendidikan ini
harus dimajukan, kita buat ini, kita buat itu, tapi cuma omong
kosong, cuma mau mencari
simpati rakyat, cuma mau cari dukungan. Bullshit… Semua hanya
omong kosong. Tidak
perlu lah berteriak kalau hanya suara. Realisasi yang penting
3. Budaya Malu Pada Anak-Anak jalanan, Pada Orang miskin, Pada
Pengemis, Pada Anak-
anak penjual Koran, pada anak-anak yang tinggal dipinggiran, pada
anak-anak yang tidak
bisa baca tulis. Betapa memalukan jika pemimpin negara ini menutup
mata untuk
mereka. Berapa % (persen) dana pendidikan untuk negara ini?
Kemana? Apa matamu
buta pada mereka? Mereka juga butuh pendidikan, mereka juga mau
maju, mereka juga
berharap punya masa depan. Mereka seperti seseorang yang kelaparan
memandang anak-
anak berseragam sekolah. Apa Kita tidak malu? lewat dipinggir
jalan dengan Pakaian
dinas, dengan mobil mewah, tapi cuek saja dengan nasib mereka.
Dimana jiwa
pendidikmu? Seorang pemerintah haruslah orang yang memiliki jiwa
mendidik yang
tinggi melebihi seorang guru.
Budaya Malu para Orang Tua
1. Budaya Malu tak lagi menjadi orang tua seutuhya. Malulah sebagai
orang tua yang
membiarkan anaknya hanya dididik di sekolah. Orang tua adalah
orang yang paling
berkewajiban mendidik anak. bukan sibuk bekerja mencari uang,
anak-anak terlantar ,
mau belajar atau tidak, ya terserah. malu pada diri sendiri jika
anak akhirnya sibuk
dengan dirinya sendiri, m alu tidak punya waktu lagi menanyakan
kabar anaknya, malu
tidak lagi memiliki waktu makan bersama anaknya, malu pada
akhirnya pergaulan anak
terlampiaskan ke hal-hal negatif. Pantaskah kita disebut orang
tua?
2. Budaya malu tidak Mau belajar. Orang tua haruslah belajar, agar
anak juga bisa diajar.
umur semakin tua bukan berarti berhenti belajar. BElajarlah terus
mendampingi anak-
anak.
3. Budaya Malu tidak mau mendengar. Malulah sebagai orang tua yang
memaksakan segala
kehendak kepada anak-anak. mengekang anak-anak. berkata tidak
sopan terhadap anak-
anak. Terkadang anak ingin di dengar, anak bukan untuk mendengar
saja, tetapi butuh di
dengar. Jangan biarkan anak-anak berlari kepada orang lain, hanya
karena butuh
didengar.
4. Budaya malu tidak mengutamakan pendidikan anak. Malulah sebagai
orang tua, jika
pendidikan dianggap nomor kesekian, maka jiwa dan pemikiran anak
tidak akan
berkembang. anak tidak akan memiliki masa depan secerah yang
mereka impikan
Akhirnya “BUDAYA MALU PADA DIRI
SENDIRI” adalah hal yang paling penting dalam
hidup. Jika saja kita semua bisa menerapkan Budaya malu, maka
segala hal akan baik.
Pendidikan akan maju, negara ini akan maju, tidak ada kebodohan,
tidak ada kemiskinan, tidak
ada egoisme.